TARAKAN – Ketua Umum Pengurus Pusat Tunas Indonesia Raya (TIDAR), Rahayu Saraswati, mengisi sesi Pelatihan Tunas 1 dan Tunas 2 dengan membawakan materi bertema Sejarah Politik dan Peranan Perempuan sebelum dimulainya Musyawarah Daerah (Musda) TIDAR Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara), Minggu (27/4/2025).
Dalam paparannya, Rahayu mengajak peserta pelatihan untuk memahami perjalanan sejarah bangsa, terutama peran penting perempuan dalam membangun negeri sejak zaman kerajaan hingga masa kemerdekaan.
Ia mengulas masa kejayaan Majapahit, mengingatkan tentang peran Ratu Tribhuwana Tunggadewi, ratu pertama Kerajaan Majapahit yang berperan besar dalam mengangkat Gajah Mada sebagai Patih Amangkubhumi, sehingga tercetus Sumpah Palapa.
“Sebagai kader, jangan pernah berhenti ingin tahu. Perempuan sudah berperan sejak masa lalu. Gajah Mada menjadi Patih bukan karena Hayam Wuruk, melainkan atas keputusan ibunda Hayam Wuruk, Ratu Tribhuwana Tunggadewi,” urainya.
Rahayu juga menyoroti sosok Laksamana Malahayati, perempuan Aceh yang menjadi laksamana pertama di dunia dan memimpin 2.000 prajurit perempuan janda dalam peperangan melawan penjajah di Selat Malaka.
“Laksamana Malahayati justru lebih banyak tercatat dalam sejarah Belanda, Portugal, dan Inggris. Ini menunjukkan betapa besarnya peran perempuan dalam sejarah bangsa,” katanya.
Selain itu, Rahayu menyebutkan pahlawan nasional lainnya seperti RA Kartini dan HR Rasuna Said. Ia mengingatkan peserta tentang pentingnya mengenal tokoh perempuan, seperti HR Rasuna Said, yang namanya kini diabadikan menjadi nama jalan protokol di Jakarta.
“Banyak anak muda mulai melupakan sejarah. Bahkan ada yang percaya hoaks bahwa perempuan itu tidak mampu. Padahal perempuan bisa menjadi ketua umum, gubernur, bupati, hingga walikota,” tegas Rahayu.
Ia menegaskan bahwa kesetaraan gender bukan tentang mengubah kodrat, melainkan mengakui bahwa laki-laki dan perempuan memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk berkontribusi di segala bidang.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, Rahayu menjelaskan bahwa jumlah penduduk Indonesia mencapai 281,6 juta jiwa, dengan dominasi Generasi Z (1997–2012) sebanyak 27,9 persen, diikuti generasi Milenial (1981–1996) sebanyak 25,87 persen.
“Dengan usia produktif (15–64 tahun) mencapai 70,72 persen, ini adalah kesempatan emas bagi anak muda. Tapi faktanya, sangat sedikit anak muda yang terwakili di parlemen. Ini jadi tantangan besar,” ungkapnya.
Rahayu juga menyinggung masalah kesehatan masyarakat, terutama angka kematian ibu (AKI) sebesar 305 per 100.000 persalinan dan prevalensi stunting sebesar 27,67 persen berdasarkan survei 2019.
Mengaitkan dengan program prioritas nasional, ia menekankan pentingnya program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan Presiden RI Prabowo Subianto.
“Di Jepang, dari TK anak-anak sudah mendapatkan makanan bergizi di sekolah. Ini berkontribusi pada tingkat kecerdasan mereka. Kita ingin memperbaiki kondisi ini lewat MBG, salah satunya untuk menurunkan angka stunting,” pungkas Rahayu.
Pelatihan ini menjadi bagian dari upaya TIDAR dalam membangun kesadaran sejarah, politik, dan kepemimpinan, terutama di kalangan generasi muda dan perempuan di Kalimantan Utara.
Discussion about this post