TARAKAN – Bertemakan “Mewujudkan Sawit Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Rakyat”, Borneo Forum Ke 6 Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Seluruh Indonesia (GAPKI) dilaksanakan di Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara), Selasa (14/11/2023) di Hotel Tarakan Plaza, Jalan Yos Sudarso Tarakan. Ratusan pengusaha kelapa sawit di wilayah Kalimantan, Sumatera, serta Ketua Umum GAPKI Eddy Martono hadir dalam acara ini.
Ketua Panitia, Afrijon Ponggok mengatakan, dalam kegiatan ini digelar pameran UMKM di lokasi acara, kemudian talk show industri Kelapa Sawit yang akan membahas tiga topik penting yakni, peremajaan sawit rakyat (PSR), persoalan area perkebunan sawit yang masuk dalam kawasan hutan dan pengembangan kebun sawit rakyat.
“Kegiatan ini dihadiri Cabang GAPKI dari GAKPI Pusat, Kaltim, Kalsel, Kalteng, Kaltara, Sumatera Utara, Sumatera Barat. Dapat kami laporkan peserta yang hadir lebih kurang 200 orang, ditambah 50 orang mahasiswa UBT Fakultas Pertanian, Dinas Pertanian Provinsi Kaltara, Kabupaten/Kota,” jelasnya.
Sementara itu, sebagai tuan rumah, Ketua Cabang GAPKI Kaltara, Hendra Lintung mengungkapkan, kegiatan ini tidak hanya sekedar rangkaian kata, tapi sebagai wujud komitmen bersama memastikan pengembangan industri kelapa sawit yang dapat memberikan manfaat perekonomian bagi bangsa dan masyarakat.
Melalui kegiatan ini diharapakan dapat menciptakan dampak positif bagi industri kelapa sawit, perkebunan sawit masyarakat, maupun sawit yang berada di kawasan hutan.
“Tentu dengan perkembangan teknologi saat ini juga menjadi tantangan, sehingga masyarakat perlu didorong dan difasilitasi sehingga produktivitas sawit terus meningkat,” ujarnya.
Ketua Umum (Ketum) GAPKI pusat, Eddy Martono menambahkan, industri sawit sangat penting dan perlu dilindungi dan dilestarikan. Ada dua isu yang sedang berkembang dan perlu dibahas dalam diskusi kali ini, yakni peremajaan sawit rakyat yang masih ada kendala dan perkebunan sawit yang masuk dalam kawasan hutan.
“Luas sawit di Indonesia saat ini mencapai 16,3 juta hektar dan lebih dari 40 persennya milik rakyat, dan di Indikasi ada sekitar 3,4 juta hektar masuk dalam kawasan hutan dan untuk anggota GAPKI sendiri seluas 722 ribu hektar masuk dalam kawasan hutan,” sebutnya.
Ia menjelaskan, untuk kawasan perkebunan sawit di Kalimantan sendiri mencapai 6 juta hektar atau menyumbang 36,7 persen dari total luas lahan sawit di seluruh Indonesia.
“2021 – 2022 kita produksi sawit sebesar 3 juta ton, dengan angka ekspor 77 persen dan tahun ini turun menjadi 60 persen karena untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang terus meningkat, maka kita perlu dukungan semua pihak untuk melakukan peremajaan sawit rakyat agar produktivitasnya bisa naik,” terangnya.
Lebih lanjut, Eddy menuturkan, bahwa industri sawit di Indonesia memiliki peran penting salah satunya menyumbang devisa negara melalui ekspor.
“Meski produksi sawit di Indonesia cukup besar namun Indonesia juga sebagai konsumen terbesar pengguna minyak sawit. Jika tidak ada kenaikan produksi maka yang menjadi korban adalah devisa negara melalui ekspor, dan tentu dampak lainya Indonesia bisa menjadi negara Importir,” pungkasnya. (*)
Discussion about this post