TARAKAN – Presiden Mahasiswa Universitas Borneo Tarakan, Ndaru Teguh Prakoso, mengeluarkan pernyataan tegas menolak segala bentuk militerisasi di lingkungan kampus. Dalam seruan yang berjudul “Kampus Bukan Barak: Sebuah Seruan Menolak Militerisasi Akademik”, Ndaru mengkritik masuknya unsur militer ke ruang-ruang akademik atas nama kerja sama dan pembinaan bela negara.
“Kita tengah menghadapi ancaman diam-diam yang menyaru sebagai kerja sama,” tulis Ndaru. Ia menilai keberadaan militer di kampus, mulai dari latihan baris-berbaris hingga permintaan data mahasiswa, merupakan bentuk tekanan yang membungkam kebebasan berpikir dan berdiskusi.
Seruan ini juga menyoroti revisi Undang-Undang TNI yang dinilai membuka pintu bagi kembalinya praktik-praktik represif masa lalu. Ndaru menyebut kampus semestinya menjadi ruang bebas untuk pertukaran gagasan, bukan tempat tunduk pada narasi tunggal atau indoktrinasi.
“Kampus adalah ruang suci bagi perbedaan gagasan. Tapi bagaimana mungkin kebebasan tumbuh jika benih-benihnya diinjak oleh sepatu-sepatu yang menganggap disiplin lebih utama daripada diskusi?” ujarnya dalam tulisan tersebut.
Ia mengingatkan bahwa tingginya kepercayaan publik terhadap TNI tidak boleh dijadikan alasan untuk menyusupi ruang-ruang kritis di dunia pendidikan. Menurutnya, demokrasi sejati hanya bisa tumbuh jika ada batas tegas antara sipil dan militer.
Menutup seruannya, Ndaru menyerukan agar seluruh civitas akademika menjaga kampus tetap merdeka dan menjadi tiang demokrasi, bukan alat kekuasaan. “Kita tidak butuh barak di dalam kampus. Kita butuh ruang yang merdeka, tempat mahasiswa bisa bersuara tanpa takut.”
Discussion about this post