Hasil Observasi Kelompok Sultan Hasanuddin
ABSRTACT
MAKASSAR – Dalam artikel ini kami melakukan observasi dengan turun kelapangan untuk mencari tahu budaya-budaya yang ada di kota makassar. metode penelitian yang kami gunakan yakni metode kualitatif. dimana kami mencari tahu dan mengamati peninggalan historic dalam lingkup budaya makassar yang majemuk. kami mengunjungi beberapa situs sejarah yang ada di kota makassar dan lokasi yang kami pilih untuk amati yakni museum kota makassar dan museum Lagaligo. ada banyak arsip-arsip dan benda-benda yang majemuk dan bersejrah dalam museum tersebut baik itu nilai-nilai, filososfi, keragaman atau cerita-cerita sosok berpengaruh yang di arsipkan dalam museum ini. Oleh sebab itu tujuan kami membuat artikel ini untuk mengangkat dan memperkenalkan kemajemukan dan nilai-nilai dari situs bersejarah yang ada di kota makassar ini.
In this article we conducted observations by going into the field to find out the cultures that exist in the city of Makassar. The research method we used was a qualitative method. Where we found out and observed historical relics within the scope of the diverse Makassar culture. We visited several historical sites in the city of Makassar and the locations we chose to observe were the Makassar City Museum and the Lagaligo Museum. There are many archives and objects that are diverse and historical in the museum, be it values, philosophy, diversity or stories of influential figures that are archived in this museum. Therefore, our goal in writing this article is to raise and introduce the diversity and values of the historical sites in the city of Makassar.
PENDAHULUAN
Pada tanggal 1 Februari 2025, kami mengunjungi dua museum budaya di Makassar. Tempat-tempat yang kami kunjungi mempunyai banyak benda-benda bersejarah dan kami belajar tentang sejarah masa lalu yang terjadi di museum-museum. Kakaknya adalah karyawan museum dan menyambut kami serta menjelaskan artefak sejarah yang ada di sana. Yang paling menarik perhatian kami adalah ketika dia berkata, “Museum ini memiliki 95% artefak sejarah museum yang disimpan di sini, termasuk bangunannya sendiri. Bangunan ini dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada masa penjajahan Belanda. Kami sangat menghargai benda-benda bersejarah. kami merasa bangga karena kami memiliki gedung di tempat kami berada dan kualitas karya yang dipamerkan di sana. Ini tentu saja merupakan tanggung jawab yang berat. Mengapa kami katakan Itu karena kebebasan bergerak kita dibatasi. Pemandu museum itu memiliki cairan di tangannya dan mempertanyakan kualitas benda-benda itu. Salah satunya adalah kursi di kantor walikota. Salah satu temannya menyentuh kursi itu, dan pemandu museum langsung memarahinya. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan ke tempat lain, Museum La Garrigo, di sana kami melihat sebuah bangunan yang dibangun seperti benteng. Tata letak benteng itu tampak seperti kura-kura yang menghadap ke pantai. Selain itu, museum. Kota Makassar dan Museum La Garigo. Selama kunjungan hari ini, beberapa benda budaya, sejarah, dan warisan budaya menarik perhatian kami, jadi kami akan memperkenalkan beberapa benda terkait di bawah ini. Saya sebutkan:
PEMBAHASAN
Baju Bodo
Sedikit penjelasan tentang baju bodo, jadi Baju Bodo adalah pakaian tradisional yang berasal dari suku Bugis di Sulawesi Selatan, Indonesia. Pakaian ini memiliki sejarah dan makna yang kaya, serta menjadi simbol identitas budaya masyarakat Bugis. Baju Bodo diperkirakan telah ada sejak abad ke-14, seiring dengan perkembangan kebudayaan Bugis. Pakaian ini awalnya dikenakan oleh wanita Bugis sebagai simbol status sosial dan identitas etnis. Namun untuk versi pria namanya itu jas tutu’
Baju Bodo memiliki desain yang sederhana, biasanya terbuat dari kain tenun yang berwarna cerah. Ciri khasnya adalah potongan yang lebar dan panjang, serta lengan yang lebar. Baju ini biasanya dipadukan dengan kain sarung atau selendang. Baju Bodo tidak hanya berfungsi sebagai pakaian, tetapi juga memiliki makna simbolis. Pakaian ini sering dikenakan dalam berbagai upacara adat, pernikahan, dan acara penting lainnya. Baju Bodo melambangkan dan keindahan wanita Bugis.
Namun sesuai dengan Penjelesan yang kami dapatkan di tempat museum Makassar, Seiring dengan perkembangan zaman, Baju Bodo mengalami beberapa perubahan dalam hal desain dan bahan. Namun esensi dan makna budaya dari pakaian ini tetap dilestarikan oleh masyarakat Bugis. Baju Bodo telah diakui sebagai warisan budaya Indonesia dan sering dipromosikan dalam berbagai acara budaya dan festival. Pakaian ini juga menjadi salah satu simbol identitas budaya Indonesia di tingkat internasional.
Patung Ratu Wilhelmina
Patung Ratu Wilhelmina ada di Makassar sebagai simbol pengaruh politik dan budaya Belanda selama masa kolonial. Patung ini dihadiahkan kepada kota Makassar, mencerminkan hubungan antara Belanda dan wilayah tersebut, serta menjadi bagian dari koleksi bersejarah di Museum Kota Makassar. Dimana manusia yang nyata, kompleks, rumit, tak terduga, dan lebih pelik dari pada yang diperkatakan secara abstrak oleh sains, itulah yang dikatakan Bambang dalam bukunya “Untuk apa seni” (2014). Pernyataan itu tercermin pada sebuah koleksi Masterpiece Museum Kota Makassar berupa patung kepala yang menggambarkan tokoh pemimpin dimasanya yaitu Ratu Wilhelmina atau biasa disebut Queen of Needherland.
Kata Pemandu Museum Makassar Karya seni ini menceritakan situasi dan kondisi dimasa lalu sebagaimana dikatakan Patung dibuat sebagai perwujudan ingatan atas peristiwa sejarah atau memori kolektif, juga perwujudan idealisme bersama adalah seni yang menggambarkan objek hasil pengamatan atau hasil imajinasi dalam wujud material padat dan bersifat tiga dimensi. Motivasi penciptaan patung bisa berupa keinginan untuk menampilkan kodrat natural bahan aspek ideal suatu objek ataupun Ide tertentu dalam pikiran.
Dalam konteks karya patung Wilhelmina maka sangat nampak bahwa motivasinya adalah menampilkan aspek ideal suatu objek yang digambarkan yaitu tokoh seorang Ratu yang bernama Ratu Wilhelmina Queen of the Netherlands. Kata Pemandu Museum Makassar Dimana ratu ini terpaksa menjadi ratu pada usianya yang ke 18 tahun untuk menggantikan ayahnya yang meninggal dunia karebke dua saudara laki2 yang juga telah meninggal
Dimana ratu ini sendiri yang mengirimkan patung dirinya kepada orang yang di cintainya
Walaupun mereka tidak dapat bersatu karena mereka berbeda agama.
Benteng Sombo Opu Dan Batu Bata
Benteng Somba Opu adalah salah satu situs bersejarah yang terletak di Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng ini dibangun pada abad ke-17 oleh Kerajaan Gowa sebagai pertahanan terhadap serangan musuh, terutama selama masa kolonial Belanda.
Bangunan bersejarah ini menjadi salah satu saksi bisu perlawanan Kerajaan Gowa dan masyarakat Makassar dalam mengusir pasukan kolonial Belanda. Selain itu, benteng ini juga difungsikan sebagai pelindung aktivitas perdagangan masyarakat Kerajaan Gowa dan masyarakat Makassar. Benteng Somba Opu terletak di Jalan Daeng Tata, Kelurahan Benteng Somba Opu, Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa. Lokasi berdirinya Benteng Somba Opu diapit oleh sungai Balang Baru dan Sungai Je’neberang.
Pada masa itu, Raja Gowa IX, Tumapa’risi’ Kallonna Daeng Matanre Karaeng Manguntungi (1510-1546) ingin membuat sebuah kebijakan untuk mengubah orientasi kehidupan kerajaan dari agraria ke dunia maritim. Kebijakan ini dibuat karena memandang kebijakan ini kurang menguntungkan bagi kemajuan bandar niaga kerajaan kembar Gowa-Tall
Selat Malaka makassar
Selat Malaka merupakan area perairan di kawasan Asia Tenggara yang menghubungkan jalur pelayaran antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Selat Malaka terletak di antara Pulau Sumatera dan Semenanjung Melayu, sehingga selat itu sebut sebagai jalur internasional. Lantaran, beberapa negara menggunakan jalur tersebut sebagai jalur perlintasan kapal pengangkut bahan bakar dan bahan industri berbagai negara, hingga beberapa negara bergantung pada keamanan dan keselamatan di Selat Malaka. Ada sekitar 400 pelabuhan dan 700 buah kapal yang bergantung pada Selat Malaka, karena jalur ini sudah menjadi jalur utama sejak masa awal peradaban manusia di Nusantara. Sejak dulu, Selat Malaka banyak digunakan pedagang-pedagang dari berbagai negara. Salah satunya, pedagang dari Tamil maupun India yang jumlahnya begitu besar.
Sebagai penguasaan selat, Kerajaan Sriwijaya merasa berhak untuk menarik pajak dari pedagang-pedagang yang melintasi Selat Malaka. Merasa pajak yang ditarik begitu tinggi, para pedagang melaporkan pada raja Kerjaan Cola. Kemudian, Kerajaan Cola menyerang Sriwijaya dua kali, pada 1017 dan 1025. Dampaknya membuat Sriwijaya lemah dan berbagai pengusaan di Selat Malaka bergantian.
Tak lama kemudian Sriwijaya runtuh, pelayaran perdagangan di Selat Malaka semakin ramai. Selat Malaka sudah menjadi jalur pelayaran dan perdagangan Internasional sejak Kerajaan Samudera Pasai. Bahkan sejak berabad-abad pertama masehi sudah dipergunakan sebagai jalur pelayaran antara India dan China Selatan serta bangsa-bangsa yang mendiami dataran Asia Tenggara, salah satunya di kepulauan Indonesia. Peranan Selat Malaka sebagai salah satu jalan sutera atau silk road semakin ramai dikenal berbagi bangsa di kawasan Asian Barat, Tenggara, dan Timur. Bahkan sampai negara-negara Eropa, walaupun belum secara langsung menggunakan jalur Selat Malaka.
Kelompok Sultan Hasanuddin
Ramdayani_Humaira Basri_Revais Lesnus
sa_Mubarak_Rifki Afandi_Sahrul
Al Ghifari_Abiy Candra
Discussion about this post