TARAKAN – Kegiatan literasi merupakan salah satu fondasi utama dalam pembentukan kemampuan intelektual siswa. Dalam konteks pendidikan modern, literasi tidak lagi dipahami sebatas kemampuan membaca dan menulis, melainkan mencakup keterampilan memahami, menafsirkan, serta mengevaluasi informasi dari berbagai sumber. Hal ini menjadikan literasi sebagai perangkat penting dalam melatih kemampuan berpikir kritis yang sangat dibutuhkan untuk menghadapi perkembangan zaman.
Perkembangan teknologi dan arus informasi yang semakin cepat menuntut siswa untuk mampu memilah dan memahami informasi secara tepat. Tanpa kemampuan berpikir kritis, siswa berpotensi menerima informasi secara mentah dan tidak mampu membedakan antara fakta dan opini. Oleh karena itu, kegiatan literasi menjadi sarana strategis untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis sejak usia sekolah.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan literasi dapat berbentuk membaca intensif, membaca ekstensif, diskusi teks, hingga analisis isi bacaan. Melalui kegiatan membaca intensif, siswa dilatih memahami struktur teks, ide pokok, dan detail penting dalam bacaan. Kegiatan ini membantu siswa mengenali pola pikir penulis sekaligus mengembangkan kemampuan analitis terhadap materi yang dibaca. Sementara itu, kegiatan membaca ekstensif memungkinkan siswa memperluas pengetahuan melalui beragam jenis bacaan seperti artikel ilmiah, teks berita, esai, dan karya sastra. Jenis kegiatan ini tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa terhadap berbagai wacana, tetapi juga memperkaya sudut pandang mereka dalam menilai persoalan tertentu. Dengan demikian, siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis melalui perbandingan dan refleksi terhadap berbagai informasi yang diperoleh.
Diskusi teks merupakan salah satu strategi penting dalam kegiatan literasi yang mendukung pengembangan kemampuan berpikir kritis. Melalui diskusi, siswa didorong untuk mengemukakan pendapat berdasarkan pemahaman mereka terhadap bacaan. Kegiatan ini melatih mereka menyusun argumen logis, mendengarkan opini orang lain, dan memberikan tanggapan yang konstruktif. Kemampuan ini menjadi bagian penting dalam proses pembentukan karakter intelektual. Selain diskusi, kegiatan literasi juga melibatkan tahap analisis teks yang menuntut siswa untuk menelaah unsur-unsur pembentuk bacaan. Pada tahap ini, siswa diarahkan untuk mengidentifikasi tujuan penulisan, kredibilitas sumber, serta kekuatan dan kelemahan argumen yang dituangkan dalam teks. Proses analisis ini memperkuat kapasitas siswa dalam menilai informasi secara objektif dan terukur.
Guru bukan hanya penyampai materi pelajaran, tetapi juga pembimbing, pengarah, dan teladan bagi siswa dalam membentuk karakter, pengetahuan, serta keterampilan hidup. Guru memiliki peran penting dalam merancang kegiatan literasi yang efektif dan berkesinambungan. Dalam implementasinya, guru perlu memilih bahan bacaan yang relevan, otentik, dan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Guru juga berperan sebagai fasilitator yang memantik pertanyaan kritis dan mendorong siswa mengeksplorasi berbagai perspektif dalam memahami teks.
Selain itu, lingkungan belajar yang mendukung budaya literasi menjadi faktor penting dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Sekolah dapat menyediakan ruang baca yang nyaman, akses terhadap bahan bacaan berkualitas, dan kesempatan bagi siswa untuk mempresentasikan hasil analisis mereka. Lingkungan yang kaya literasi akan meningkatkan motivasi siswa untuk terus membaca dan belajar secara mandiri.
Kegiatan literasi yang berkesinambungan juga memiliki dampak positif terhadap perkembangan sosial dan emosional siswa. Melalui interaksi dalam diskusi dan kolaborasi kelompok, siswa belajar menghargai perbedaan pendapat, membangun toleransi, dan meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal. Nilai-nilai ini menjadi bekal penting bagi mereka untuk berpartisipasi dalam masyarakat secara kritis dan bertanggung jawab.
Di tengah tantangan globalisasi, kemampuan berpikir kritis menjadi kompetensi yang sangat penting bagi generasi muda. Kegiatan literasi memberikan ruang bagi siswa untuk mengasah kemampuan tersebut secara sistematis dan terukur. Dengan membaca, menganalisis, berdiskusi, dan menulis, siswa dapat mengembangkan kapasitas berpikir tingkat tinggi yang relevan dengan kebutuhan masa depan.
Secara keseluruhan, kegiatan literasi merupakan strategi komprehensif dalam melatih kemampuan berpikir kritis siswa . Dengan perencanaan yang tepat, pendampingan yang optimal, dan lingkungan yang mendukung, literasi dapat berperan sebagai instrumen utama dalam membentuk generasi yang cerdas, kritis, dan adaptif terhadap perkembangan zaman. Melalui literasi, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga kemampuan menilai dan memahami dunia secara lebih matang dan reflektif.
Penulis
Asih Riyanti
Dosen FKIP-Universitas Borneo Tarakan









Discussion about this post